Minggu, 21 Ramadan
I’ve got a big hit today. Sesaat mengetahui hal yang nyatanya tidak pernah aku mau peduli. Mengganjal dalam hati, namun bagaimanapun sebagai manusia, aku tak mau selamanya buta.
Tapi bukan disini masalahnya.
Yep, disinilah masalahnya. Di kepala. Di pikiran. Di hati.
Saat dulu aku merasa Tuhan memberiku jalan yang terlampau semrawut, aku mengharapkan sebuah jawaban. Jalan keluar untuk pergi, at least Tuhan berbaik hati memberiku jalan yang kerikilnya lebih sedikit.
Lalu dulu, aku berharap pada bulan Ramadan, agar Tuhan berbaik hati.
3 Ramadan
Kamu, bukanlah kebetulan yang datang.
Mungkin saja jawaban Tuhan, atau mungkin bukan.
Setidaknya Tuhan memberi tahu, bahwa Kamu ada untuk membantuku bertahan.
Entahlah, Ia lebih tahu..
Dia yang merencanakan angin kencang dan hujan untuk aku lewati, tapi ia memberiku payung dan tempat berteduh pula supaya aku belajar 🙂
21 Ramadan
Lalu Tuhan kembali menguji logikaku. Mengsemrawutkan pikiran, mengobrak-abrik mental yang susah payah sudah kubangun.
Mungkin memang aku masih harus banyak belajar, karena hari ini sulit bagiku untuk kembali berdiri.
Tapi Tuhan pasti mengerti, kalau aku berharap Kamu-lah yang aku ingin menjadi payung dan tempatku berteduh. Bukan hanya hari ini, bukan cuma untuk gelisah yang kemarin.
-Bliss-